istriku
kembali dari Medan Bapak mertuaku minta agar Ibu mertuaku segera pulang
ke Gl, dengan berat hati akhirnya Ibu mertuakupun kembali ke desa Gl.
Setelah Ibu mertuaku kembali kedesa GL hari hariku jadi sepi Aku begitu
ketagihan dengan permainan sex Ibu Mertuaku aku rindu jeritan jeritan
joroknya, saat orgasme sedang melandanya.
Pertengahan juni lalu
Ibu mertuaku menelponku ke kantor, aku begitu gembira sekali Kami
berdua sudah sama sama saling merindukan, untuk mengulangi persetubuhan
kami, tapi yang paling membuatku kaget adalah saat Ibu mertuaku
memberikan kabar, kalau beliau terlambat datang bulan dan setelah
diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip hamil. Aku kaget sekali, aku
pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.
Aku minta
kepada Ibu mertuaku, agar benih yang ada dalam kandungannya dijadikan
saja, namun Ibu mertuaku menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu sama saja
dengan bunuh diri, karena suaminya sudah lama tidak pernah lagi
menggaulinya, tetapi masih bisa hamil. Baru aku tersadar, yah kalau
Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak mertuaku marah besar
apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili istrinya adalah
menantunya sendiri.
Juga atas saran Dokter, menurut dokter di
usianya yang sekarang ini, sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku untuk
hamil atau memiliki anak lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk
mengambil tindakan.
Cerita Dewasa | Selingkuh Dengan Mertua Ku Yang Imut ~ "Bu, apa perlu aku datang ke desa Gl?"
Ibu mertuaku melarang, "Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagipula ini hanya operasi kecil".
Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu mertuaku.
"Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu"
"Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Pento. Tunggu ya sayang, setelah
masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Pento boleh entotin Ibu
sepuasnya".
Sebelum kuakhiri percakapan, aku bilang sama Ibu
mertuaku agar jangan sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya tersenyum dan
berkata kalau dia kecolongan. Gila.., hubungan gelap antara aku dengan
Ibu mertuaku menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku
sangat bingung sekali.
Saat aku sedang asyik asyiknya melamun
memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan
oleh suara dering telepon dimejaku.
"Hallo, selamat pagi".
"Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar".
Ternyata Bos besar yang memanggil, akupun beranjak dari tempat dudukku
dan bergegas menuju rangan Ibu Mila. Ibu Mila, wanita setengah baya,
yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan,
saat latihan terjun payung di Sawangan. Aku taksir, usia Ibu Mila kurang
lebih 45 tahun, Ibu Mila seorang wanita yang begitu penuh wibawa,
walaupun sudah berusia 45 tahun namun Ibu Mila tetap terlihat cantik,
hanya sayang Tubuh Ibu Mila agak gemuk.
"Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya".
"Oh nggak.., Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang
diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?".
"Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan". Jawabku.
"Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?". Tanya Ibu Mila.
"Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa".
"Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu".
"Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok". Jawabku.
Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Mila, aku sangat terkejut
sekali, saat Ibu Mila berkata, "Makanya kalau selingkuh hati hati dong
Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu
hamil".
Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir
rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang
luar biasa.
"Dari mana Ibu tahu?" tanyaku dengan suara yang terbata bata.
"Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu
menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja
ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat
itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan
orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh
dengan Ibu mertuamu sendiri".
Aku marah sekali, tapi apa daya
Ibu Mila adalah atasanku, selain itu Ibu Mila adalah saudara sepupu dari
pemilik perusahaan tempat aku bekerja, bisa bisa malah aku dipecat. Aku
hanya diam dan menundukan kepalaku, aku pasrah
"Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman ditangan Ibu"
"Terima kasih Bu", jawabku lirih sambil menundukkan mukaku
"Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK".
"Tentang apa Bu?" tanyaku.
"Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak" pintanya tegas.
Akupun keluar dari ruangan Ibu Mila dengan perasaan tidak karuan, aku
marah atas perbuatan Ibu Mila yang dengan lancang mendengarkan
pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku
dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.
"Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya", Tanya Wilman sohibku.
"Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja".
"Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu".
"Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Mila denger mati kamu".
Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya
melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret
sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku,
rasanya aku ingin terbang ke desa GL dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa
daya Ibu mertuaku melarangku. Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan
Ibu Mila, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami
dengan Ibu mertuaku, uh.. rasanya mau meledak dada ini
Aku
berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus
berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima. Ya aku hanya
bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan semua yang terjadi
antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.
"Kring.. ", kuangkat telepon di meja kerjaku.
"Gimana? Sudah siap", Tanya Ibu Mila.
"Ya Bu saya siap".
"Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda".
Ternyata Ibu Mila tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan
lain. Dengan menumpang mobil kawanku Wilman, aku diantar sampai atm bni,
dengan alasan aku mau mengambil uang, dan akan pergi ketempat familiku,
akhirnya wilman pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang
seperti biasanya.
Kurang lebih lima belas menit aku menunggu
Ibu Mila, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku
hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Mila masuk ke
halaman dan parkir. Ibu Mila pun turun dari mobil dan berjalan kearah
ATM.
"Hi.. Pento ngapain kamu disini?", sapa Ibu Mila.
Aku jadi bingung, namun Ibu Mila mengedipkan matanya, akupun mengerti
maksud Ibu Mila, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang
sedang antri mengambil uang.
"Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga", sahutku.
Ibu Milapun bergabung antri di depan ATM.
"Gimana, temenmu belum datang juga?" Saat Ibu Mila keluar dari ruang ATM.
"Belum Bu".
"Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah".
Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Mila, aku duduk di depan disamping
supir pribadi Ibu Mila sementara Ibu Mila sendiri duduk dibangku
belakang.
"Ayo, Pak Bari kita pulang"
"Iya Nya.. ", sahut Pak bari
"Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang".
Uh.. batinku Ibu Mila mulai bersandiwara lagi.
"Memangnya ada apa Ibu mencari saya?".
"Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa
sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah
dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu
OK".
Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu,
sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Mila.
"Ayo masuk", ajak Ibu mia.
Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bossku yang sanggat besar dan
megah. Aku dan Ibu Mila pun masuk kerumahnya semakin kedalam aku semakin
bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Mila yang begitu antik dan mewah.
"Selamat sore Nya",
"Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan
tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke
kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana".
"Baik Nya".
Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Mila.
"Silakan Den, ini kamarnya".
Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar
dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
"Kring.., kring.. ", kuangkat telepon yang menempel di dinding.
"Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di
US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak
kusut".
"Oh.. iya Bu terimakasih".
Langsung aku menuju
kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah
selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan
memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
Sudah hampir
jam tujuh malam tapi Ibu Mila belum muncul juga, yang ada malah Iyem
yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang asyik
menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata Ibu
Mila yang masuk, aku benar benar terpana melihat pakaian yang dikenakan
oleh Ibu Mila tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu Mila datang
menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap makananku aku
memandangi tubuh Ibu Mila, walaupun gendut tapi Ibu Mila tetap cantik.
Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Mila berkata
kepadaku, "Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu
alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua
pakaian yang kamu kenakan".
"Tapi Bu", protesku.
"Pento, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada affair dengan ibunya
bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu".
Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang
kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut CD ku, aku telanjang bulat
sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.
"Sial!", makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Mila saat itu.
"Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu", bentak Ibu Mila.
"Mm.., lumayan juga kontolmu".
Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Mila tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
"Nah, sekarang ceritakan semuanya".
Dengan perasaan malu, akupun menceritakan semua kejadian yang aku alami
bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungkupun bangun dan tegak
berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami.
Kulihat Ibu Mila mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Mila
menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Mila bangkit berdiri dan melepaskan
seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana menyaksikan
tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah
telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun
pancaran kemulusan tubuh Ibu Mila membuat jakunku turun naik.
"Kenapa diam, ayo lanjutkan ceritamu", bentaknya lagi.
"Baik Bu", akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak
konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Mila menghampiri dan
membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku
sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.
"Ahh.. ", jeritku tertahan saat mulut Ibu Mila mulai mengulum kontolku.
"Ahh.. Bu.., nikmat sekali".
Kuangkat kepala Ibu Mila, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku.
"Bu.. kita pindah keranjang saja", pintaku,
Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju
ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Mila, ku lumat kembali bibirnya, kami
berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
"Ahh.. ", Jerit Ibu Mila saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.
"Uhh Pento.. enak.. sayang".
Ketelusuri tubuh Ibu Mila dan jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Mila
yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Mila dan kujilati
seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena
Ibu Mila sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.
"Ahh", jerit Ibu Mila saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.
Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai
orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Mila
yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku. Usahaku berhasil, Ibu Mila
memohon agar aku segera memasukan kontolku le lubang memeknya, tapi aku
tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku
dilubang memek Ibu Mila, tubuh Ibu Milapun makin menegang.
"Aaarrgghh.. Pento", jerit Ibu Mila tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya,
Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Mila, seperti orang yang kehabisan
napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Mila menikmati sisa sisa
orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Mila kujilati teteknya, kumasukan lagi
dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.
"Ampun.. Pento.. biarkan Ibu istirahat dulu", pintanya.
Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Mila tengkurap kini.
"Jangan.. dulu Pen.. too.. Ibu lemas sekali".
Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Mila pasrah dalam posisi nungging.
Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu
Mila. Kutekan dengan keras dan.. Bless masuk semua batang kontolku
tertelan lubang nikmat memek Ibu Mila.
"Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat".
Akupun mulai mengeluar masukan kontolku ke lubang memek Ibu Mila, orang
yang paling di takuti dikantorku sekarang ini sedang bertekuk lutut di
hadapanku, merintih rintih mendesah desah, bahkan memohon mohon padaku.
Aku puas sekali, kupompa dengan cepat keluar masuknya kontoku di lubang
memek Ibu Mila, bunyi plak.. plak.. akibat beradunya pantat Ibu Mila
dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhkanku.
"Uhh.. ", jeritku saat kontolku mulai berdenyut denyut.
Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku.
Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Milapun makin belingsatan kepalanya
bergerak kekiri dan kekanan.
"Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. ".
Dan cret.. cret, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim
Ibu Mila, beberapa detik kemudian Ibu Mila pun menyusul mendapatkan
orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Mila tidak
peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.
Ibu Mila rebah tengkurap, akupan rebah di belakangnya sambil terus
memeluk tubuh gendut Ibu Mila. Nikmat sekali.., Orgasme yang baru saja
kami raih bersamaan, kulihat Ibu Mila sudah lelap tertidur, dari celah
belahan memek Ibu Mila, air manyku masih mengalir, aku benar benar puas
karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat KO. Kuciumi kembali
tubuh Ibu Mila, kontolkupun tegak kembali, ku balik tubuh Ibu Mila agar
telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku di
lubang memek Ibu Mila.
"Uhh Pento.. Ibu lelah sekali sayang", Lirih sekali suara Ibu Mila.
Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat
Ibu Mila, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu
Mila terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku,
rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan mayat, tanpa perlawanan
Ibu Mila hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat dan keras keluar
masuknya kontolku di lubang memek Ibu Mila.., dan langsung ku cabut
kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Mila.
Karena lelah akupun tertidur sisamping tubuh telanjang Ibu Mila, sambil
kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan
pukul setengah sebelas malam, buru buru aku bergegas membersihkan
tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.
"Bu.. Bu.. Mila bangun Bu.. ".
Akhirnya dengan malas Ibu Mila membuka matanya.
"Sudah malam Bu saya mau pulang".
"Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi".
Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.
"Tunggu sebentar ya Pento, kemudian Ibu Mila masuk kekamarnya, beberapa
saat kemudian Ibu Mila keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang
menawan.
"Ini untuk kamu".
"Apa ini Bu?", Tanyaku, saat Ibu Mila menyodorkan sebuah amplop kepadaku.
Aku menolak pemberian Ibu Mila, namun Ibu Mila terus memaksaku untuk
menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Mila lalu
kembali kami berciuman dengan mesranya.
Dalam perjalanan pulang
aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu
Mila. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar
menikmatinya